Sajak: Peka

 


Aku menunggu kita ada di satu meja

Ditemani kopi dengan aroma yang berbeda

Membicarakan mimpi, bercengkrama tentang rencana

Bisa kita mulai dengan cincin yang sudah waktunya ada di jari kita?, agar cinta tak berhenti sebagai wacana.

Ayolah jangan tunggu aku untuk selalu mengarang cerita

Aku tahu kau sedang tidak baik-baik saja. 

Tapi kenapa Kemrungsung betah menyelimutimu?

Apa dia iri dengan binar matamu, itu sudah pasti.

Lalu apa lagi yang kau nanti?

orang ketiga? 

aku yakin kau juga punya niat yang sama, menyempurnakan agama bukan?

Kau harus tahu

Yang di doakan belum tentu berlabuh, siapa tahu malah menjauh

Yang di ikat pun belum tentu dekat, siapa tahu malah larat

Jadi jangan sia-siakan orang yang sudah ada di depan matamu.

Kejar, ungkapkan, dia orangnya.


Baca Juga: Sajak: Menunggu Waktu