Sajak: Tatap



Tak sengaja kupandang wajahmu
Hingga tertunduk pandanganku
Bukan nafsu aku melihatmu
Tapi bergetar hatiku karena kemuliaan akhlakmu.
 
Tak sengaja kupandang wajahmu
Rasa tak pantas diri ini melihat indahnya perangaimu
Hingga hati ini berkata, kuinginkan dirimu
 
Tak sengaja kupandang wajahmu
Karena kau selalu beda dimataku
Selalu membatasi diri, menahan tawa, menjaga lisan dikala berbicara.
 
Hatiku telah terpaut pada yang lain
Namun kawanan burung berbisik padaku
Sontak berkata bahwa hadirmu adalah alasan untuk terus kuperjuangkan
 
Karenamulah puisi ini tercipta
Untaian syairnya bergema dalam raga
Menghubungkan huruf tenggelam di lautan kata-kata.
 
Atmaku menyeru untuk segera bertemu,
Bukan kamu, tapi orangtuamu
Aku tediam sejenak, seperti ada yang membisikkan
Dunia membatasi gerak kita, kiraku kita yang salah duga
Apakah kita jatuh suka?
 
Tolong sampaikan pada Tuhanmu
Aku ingin engkau menyelipkan namaku disepertiga malammu
Kendati aku tak mengetahuinya
Orang bilang aku terlalu lebai, puitis, dan baperan
Aku tidak peduli akan hal itu, satu-satunya alasanku adalah kamu
 
Tolong sampaikan pada Tuhanmu
Jangan sampai cintaku terhadapmu, mengalahkan cintaku terhadap-Nya.
Aku selalu bilang, bahwa wanita yang baik adalah ia yang tak memandang laki² dan tak dipandang oleh laki2. 
 
Tapi ku mohon, kali ini tuk menarik ucapanku, aku selalu terkagum-kagum melihatmu.
Engkaulah itu, bidadari berselendang bianglala, yang setiap harinya membuat aku mengenal bahwa bidadari itu ada.
 
Tolong jangan membuatku merangkai kata ini lagi
Sungguh aku tak sanggup, menjabarkan butir² kebaikan yang terpancar darimu.
Cukuplah satu tarikan nafas itu, yang akan menghentikan diriku, untuk merangkai kata-kata indah ini untukmu